Wednesday, November 19, 2014

BAPAK BAGINDA MUCHTAR@ BBM: Pandai-pandailah membawakan diri - page 172




Dan itulah dia diriku yang padanya ada jalan sendiri di dalam; jalan yang berisi dan bertujuan menjamin kehidupanku, hidup di dalam alam nyata, yang dinamakan orang dunia. 


Dengan uraian di atas, apa tidak lebih baik orang memulai memahami hidup atau mulai menjalankan kehidupan di luar dengan jalan diri sendiri itu? Untuk itu, orang harus dapat menemui jalan yang dimaksud dan berjalan pada jalannya. "Pandai-pandailah membawakan diri," kata orang yang tahu. 


Kalau seseorang dapat menemui jalan itu dan berjalan pada jalannya, kiranya dapatlah dinamakan orang tersebut telah pandai membawakan diri. Tujuan dari perkataan pandai-pandai membawakan diri ialah supaya orang selamat, bukan? Cubalah bayangkan kalau diketahui, bahawa diri itu di dalam berjalan pada jalannya, yang bertujuan menjamin kelancarannya kehidupan kitaDan dengan berjalan pada jalannya, orang menjalani lautan kehidupan yang maha luas ini. Tidakkah berkemungkinan pula orang akan selamat menempuh kehidupan di luar badan diri? 


Dengan menurutkan jalan diri sendiri itu:

• Orang akan dapat belajar memahami hidup yang sebenarnya.

• Dan kalau orang mahu, orang dapat banyak belajar pada diri itu.

• Belajar pada diri sendiri itu dengan mempelajari diri sendiri sampai dapat mengetahui hakikat diri yang sebenarnya.

• Orang dapat mempelajari diri sendiri, setelah dapat menemui jalannya.

• Dengan berjalan pada jalannya yang berarti menurutkan jalan yang telah ditemui itu, orang harus meperhatikan akan isi dari jalan yang dilaluinya itu, bukan hanya memandang sahaja kepada apa yang telah berlaku atau terjadi di dalam perjalanan, kerana di isi itulah terletak segala rahsianya. 



Nabi Musa dengan petunjuk Tuhan berjalan menuju suatu tempat untuk menemui seorang Hambanya bernama Khidir, dapat ditemuinya di pertemuan permukaan dua laut. Setelah dapat menemuinya Khidir, Nabi Musa belajar Ilmu Pengetahuan padanya dengan menurutkan jalannya. Nabi Musa dalam perjalanan bersama itu, melihat kepada apa yang dilakukan oleh Nabi Khidir dengan mempergunakan pertimbangan akalnya, sedangkan Nabi Khidir memperbuat segala sesuatunya itu dengan ilmu pengetahuannya dan dengan ada tujuannya. 


Segala tindak-laku perbuatan Nabi Khidir itu selama jalan bersama dengan Nabi Musa, Nabi Musa menerimanya dengan suatu perbuatan tidak baik atau suatu tindakan tidak wajar, sedangkan Nabi Khidir melakukan segala sesuatunya dengan ilmu pengetahuan yang diajarkan Tuhan padanya. Belakangan yang telah diperbuatnya itu, maka insaflah dia akan kekurangannya, yang mengatakan pada orang-orang di zamannya, di waktu itu adalah dia satu-satunya orang yang segala tahu. (al-Quran Surat al-Khafi).



Begitulah aku sebagai seorang manusia terlahir, dengan menarik pelajaran pada perjalanan Nabi Musa dengan Nabi Khidir itu, aku dapat menemui diriku sendiri pada pertemuan kiri dan kanan dan dalam praktik untuk sesuatu dengan sesuatu, aku mengadakan perjalanan seperti perjalanan Nabi Musa dan Nabi Khidir itu. Dan sebagai seorang manusia, aku banyak dapat pelajaran dari perjalanan diriku sendiri.


.

No comments:

Post a Comment