Wednesday, November 19, 2014

BAPAK BAGINDA MUCHTAR@ BBM: Saya - aku - dan hamba - page 177




Tiga orang bersaudara, lahirnya satu, namanya manusia. Kandung, mengandung dan menanggung. 


  • Yang menanggung, saya, 
  • yang mengandung, aku 
  • dan yang dikandung, hamba. 


Untuk menghilangkan penanggungan saya, maka  aku harus melahirkan kandunganku, iaitu hamba, yang setahuku semenjak dari dalam menjalankan tugas hidup terhadap badan diriku. Hambaku berlainan dengan hamba orang. Hamba ku tidak akan menghamba kepada orang lain, kecuali kepada ku sendiri. 


Orang luar kiranya dapat mengerti akan tujuan memakai perkataan:

Saya -  aku -  dan hamba. Aku mengiaskan padanya dengan istilah tiga orang bersaudara dalam pemecahanku.


• Orang yang pertama ialah orang yang berpendirian di badannya;
• Kedua orang yang berdiri di dirinya sendiri; dan
• Ketiga ialah seorang hamba yang sentiasa melakukan tugas dengan tidak henti-hentinya.


Ketiga-tiganya yang tersebut di atas ada pada manusia. Apa dia orang pertama pada pendiriannya, orang yang kedua atau yang ketiga itu terserah kepada orangnya yang akan membawakannya. Hanya pengertian yang mendalam yang akan menentukan siapa dia orangnya yang sebenarnya. 


Aku mengenal dunia setelah aku dilahirkan oleh ibu kandungku, yang mengandungku selama sembilan bulan sepuluh hari. Suka dan duka telah ku lalui menurut ketentuan-ketentuan yang telah berlaku. Ini orang luar dapat mengetahui dengan membaca-baca karya-karyaku yang terdahulu dari ini. Renungan dan fikiran, ingatan kepada masa yang lampau, pelajaran-pelajaran yang diperdapat dari pengalaman, belajar kembali kepada kehidupan yang telah dijalankan, kenangan kepada yang sudah-sudah, belajar kepada kitab, kepada al-Qur'an, kepada orang-orang besar melalui buku-bukunya, mendatangi orang-orang yang tertentu untuk banding-membanding dalam pendirian dan pembawaan, menyebabkan aku merenung ke dalam, bertafakur, mengenangkan keadaan diri sendiri, mencari pegangan hidup yang benar; suatu pegangan untuk hidup yang akan dipakai dan mati yang akan ditumpang. Pengalaman dan menarik pelajaran dari jalan kehidupan yang telah lalu, menimbulkan keinginan untuk memperbaharui hidup yang akan dijalankan, merubah pegangan hidup. 



Keinginan ku yang hidup, hendak hidup untuk hidup mendorong aku mencari Yang Hidup, yang sebenarnya hidup. Keinginanku yang hidup ialah menuju kepada kehidupan yang murni sampai kepada kehidupan yang kekal abadi, mulia. Begitulah aku yang tadinya, pandangan hidup berdasarkan kepada yang nyata, berubahnya kepada diri sendiri yang beradanya di balik kenyataan. Keinginan yang besar itulah yang mendorong aku mencari diri sendiri sampai dapat menemuinya, mengetahui rahsia yang terkandung di dalamnya untuk kujadikan "Rahsia"ku pula. Dan dalam segala hal, dirikulah yang kukemukakan dengan segala rahsianya. 



Maka lahirlah pemecahanku berdasarkan jalanku sendiri yang dapat diketahui dengan membaca karya-karya yang sudah-sudah. Suatu pemecahan yang menghasil pemisahan: antara aku - badan - dan diriku. 



Aku adalah raja pada kerajaanku sendiri. Kerajaan kecil  di bawah naungan dan lindungan kerajaan Yang Maha Besar. Bila kerajaanku didirikan, aku tak tahu. Setahuku, aku adalah raja di dalam badan diriku sendiri; raja yang bersemayam di takhta kerajaannya dengan hamba sahayanya (Rakyatnya) yang hidup rukun dan damai, dengan peraturan-peraturan yang tertentu yang akan dipatuhi dan diturutinya. 


Aku adalah raja yang menerima warisan turun-temurun, semenjak dari nenek-moyang ku dahulu. Kerajaan yang berasal dari tanah yang mengandung api, air dan angin. Aku dapat mengenal suatu kerajaan yang aman dan damai yang pemerintahannya berjalan dengan sangat teratur, alat alatnya bekerja serba automatik. Penduduknya tinggi tidak, pendek  pun tidak, gemuk tidak, kurus pun tidak; bentuk serupa, hidup rukun dan damai. Tahu peraturan dan mematuhi segala peraturan yang telah ada. Seluruh kegiatan hidup dan kehidupan di sana bergantung kepada raja. Raja yang adil lagi bijaksana. Di sana tidak ada penggantian siang dan malam. Penduduknya tak pernah tidur dan selalu bekerja dan bekerja dengan tak henti-hentinya. Bicara bagi mereka itu tak ada. Bicaranya hanya kerja dan bekerja. Makanan bagi mereka mendatang. Mereka itu sangat patuh kepada rajanya dan bila rajanya mangkat, maka hancurlah seluruh kerajaannya itu. Suatu kerajaan yang hidupnya bergantung kepada Rajanya. Suatu pemerintahan yang belum ada saya melihatnya di lain bahagian dunia. 




Di luar dari kerajaan yang ku kenal itu, aku dapat melihat banyak pula kerajaan-kerajaan kecil yang tak terhitung banyaknya, akan tetapi rakyatnya sentiasa memberontak, berdemonstrasi disebab-keranakan rajanya tak pandai memerintahnya. 




Raja yang lupa kepada dirinya, raja yang tak tahu dirinya raja yang semata-mata menurutkan hawa nafsunya, raja yang tak mahu mengetahui keadaan rakyatnya. Dan tak kurang pula saya dapat melihat si raja yang terjajah, dijajah oleh raja yang tak patut disembahnya. Dan banyak pula aku melihat raja yang telah jauh tersesat berjalan, sehingga hamba sahayanya menderita oleh kerana perbuatannya. 




Dan amat banyak pula saya melihat kerajaan-kerajaan yang sakit, kerajaan-kerajaan yang tertindas, kerajaan yang masih tidur, kerajaan yang mati, yang mana kesemuanya itu menunggu dan mengharapkan kedatangan seorang raja yang besar lagi adil lagi bijaksana untuk membebaskan hamba rakyat yang menderita, menyembuh yang sakit dan mendudukkan kembali rajanya kepada kerajaan yang benar, kerajaan yang dapat dan sanggup berdiri sendiri pada jalan kebenaran, kerajaan yang hidup bermandikan cahaya. Suatu kehidupan yang gilang-gemilang. 



Sebaliknya Aku dapat pula mengenal dan mengetahui suatu kerajaan yang terdiri melulu dari Cahaya dan Cahaya. Dasarnya cahaya, Sungainya cahaya, airnya cahaya, makhluknya cahaya, makanannya cahaya, jalannya cahaya dan timbulnya dari cahaya. Pemerintahannya berjalan dengan cahaya, sehingga kejadiannya pun cahaya. Suatu kerajaan cahaya yang tak dapat diraba dan dirasa, kecuali kalau tiada raja sendiri yang merasanya. 



Suatu kerajaan bayangan di balik kenyataan. Kerajaan ku berdiri di antara kerajaan-kerajaan kecil yang banyak. Dan aku mengatakan, kerajaanku berdiri di bawah naungan dan lindungan Kerajaan Yang Maha Besar. Kerajaanku berdiri sendiri, bebas, tidak terjajah. Kalau dahulu, sewaktu aku belum dapat mengenal dan menemui diriku, perasaan ku selalu tertekan tertindas, walaupun tidak ada yang menekan dan menindas aku. Kebebasan tak pernah ku perdapat, walaupun tidak ada yang mengurung aku. Aku terkurung dan terkongkong, lapangan bergerak bagiku terbatas. Sejauh-jauh aku berjalan, sampainya ‘di situ ke di situ juga.’ 



Hubunganku dengan Raja dari segala raja, Raja Maha Diraja terputus. Yang memutuskan adalah duniaku, (dunia nyata). Untuk dapat berhubung kembali dengan Yang Maha Besar, aku harus dapat menembus alamku sendiri. Menembus alam sendiri, berarti membuka tabir yang mendindingiku dengan Tuhanku. Bila jalan keluar bagiku telah terbuka, aku akan bebas bergerak menuju kepada yang tak dapat dicapai selama ini. Seluruh kegiatan hidupku akan ku lakukan dan bawakan dengan menurutkan jalan yang telah ada padaku semenjak aku berada di dalam badan diriku sendiri, suatu jalan yang berisi. Dan terdiri dari pergerakan-pergerakan yang dinamakan orang ‘gerak Allah’ semata-mata. 



Dengan jalan yang ada padaku itu, aku dapat membebaskan diri orang yang terjajah, yang menderita dan dapat pula menaklukkan kerajaan-kerajaan kecil yang lain yang banyak berada di sekelilingku. Tetapi aku bukan si penjajah, bukan kapitalis dan bukan pula imperialis, kerana aku telah merana dan menderita akibat penjajahan. Aku dapat merasakan betapa sakitnya terjajah. 



Sebagaimana tadinya aku ingin kebebasan, maka setelah dapat membebaskan diriku dengan jalanku sendiri, aku ingin pula hendak membebaskan orang lain dan menunjukkan garis hidup yang akan ditempuh untuk kebahagiaan badan dirinya sendiri. Membebaskan orang bagiku sama juga artinya dengan melahirkan kandungannya dan membawa serta menunjukkannya kepada jalan yang benar, yang ku namakan jalan hidup, bukan jalan mati. Jalan yang berdiri sendiri bagi orangnya, jalan hidup yang akan dipakai dan mati yang akan ditumpang. Jalanku itu ialah jalan yang tak nampak kalau dilihat, akan tetapi dapat dirasakan kalau mahu merasakannya. Dan di rasa itulah letaknya dan tempatnya segala rahsia diri (rahsia "hidup".) Orang yang telah dapat menemuinya akan berjalan dengannya pada jalannya. Itulah dia jalan kehidupan orang semenjak dari dalam badan dirinya. [nota: yang kekal dan abadi, jalan pulang dan jalan kembali, jalan hidup dan kehidupan].




Orang harus mempelajarinya, keadaannya, kesanggupan dan kemampuannya dan seterusnya belajar padanya. Bertambah dalam pengertian orang padanya akan bertambah kenyataannya. Nyata pada rasa dan cahaya pada orangnya. 



Pengenalan padanya yang lebih meningkat dan mendalam akan merubah pandangan dan pendirian terhadapnya. Pandangan dan pendirian yang tadinya tenaga yang ada padanya dapat dipergunakan sebagai alat bagi orang, maka akan berubahlah menjadi "dia" lah yang orang dalam pendirian dan apa yang dinamakan badan akan menjadi alat baginya. Kalau ini sampai kejadian orang membawakannya, maka bagi orang tersebut sudah ada dua jalan. Pertama; jalan orang luar, dan kedua; jalan orang dalam atau jalan diri. 



Ingatlah akan bunyi ayat :
" memasukkan malam kepada siang dan siang kepada malam dan mengeluarkan yang hidup dari yang mati dari yang hidup "



Dengan berjalan bersamanya, berjalan pada jalannya, ingatlah akan perjalanan Nabi Musa dan Nabi Khidir dalam Surat al-Kahfi. 


Orang harus mengetahui akan keadaannya lebih dahulu sebelum melangkah keluar untuk keperluan sesuatu. Mengetahui keadaan dimaksud, mengetahui apa yang ada pada kita. Bagiku ialah apa yang ada padaku; rumahku dengan berisikan alat perabut rumahtangga selengkapnya dengan susunan yang teratur rapi dan menjadi kewajipanku untuk memelihara dan menjaganya. 

Aku adalah raja dalam rumahku sendiri. Tiap minit, tiap detik hamba rakyatku berbaris dengan teratur menjalani (mealiri) seluruh kerajaanku dengan tidak henti-hentinya siang dan malam. Pemerintahanku berjalan serba automatik. Amat sayang sekali orang salah memahami aku. Orang memandang rumahnya, bukan aku yang berada di dalamnya. Dari itu makanya banyak orang tak dapat mengenal aku yang sebenarnya. 



Sebagai seorang manusia, Aku menjalani kehidupanku dengan jalanku sendiri. Aku memperbaiki keadaanku dengan jalanku. Dan tak kurang pula sudah banyak orang yang kubawa pada jalanku. Dan sudah ada pula orang yang berjalan dengan jalanku. Dan banyak pula yang ingin hendak mengetahui jalanku. 




Kalau orang mahu tahu, aku duduk di tempatku, di pertemuan kiri dan kanan. Di kiri ku ada orang, di kanan ku ada orang, di hadapan ku pun ada orang. Di luar ku banyak sekali orang. Tempat ku ialah di tengah, di balik dari di balik atau di dalam yang di dalam. Suatu tempat yang aman damai, tenang tak meriah, di balik alunan gelombang, di bawah naungan langit hijau yang tak bertepi tak terhingga kira-kira di mana empedu orang berada. 


Di belakang ku tidak ada orang, tak ada apa-apa dan oleh kerananya, aku tak usah memandang ke belakang lagi. Penglihatan ku kutujukan ke muka, ke samping kiri dan kanan. Perjalananku tak kenal akan mundur atau surut ke belakang. Walaupun kenyataannya, sejauh-jauh aku berjalan, sampainya aku atau beradanya aku di tempat ku jua. 




Kehidupan gilang-gemilang bermandikan cahaya dan memang Cahaya itulah aku. Cahaya berdamping sesama Cahaya. Perjalananku, menurun dan mendaki, berkiri dan berkanan dan kesemuanya itu kulakukan untuk kebaikan dan membaikkan keadaan; keadaanku sendiri dan keadaan orang lain dan yang berada di luar Keadaanku. Suatu perjalanan yang ku namakan bagi orang yang melakukan dan membawakannya, perjalanan dunia dan akhirat, suatu perjalanan dari nyata ke tidak nyata, dari zahir dan batin, dari ada ke tidak ada dan sebaliknya .

Dari ada ke tidak ada, mengadakan yang akan diadakan, menurutkan secara keadaan yang ada. Jalan yang tadinya bagiku terbatas, semenjak diriku telah bebas, telah dapat melakukan jalan jangka panjang dan jauh; jalan keluar dari alamku sendiri dan dapat menembus alam lain untuk keperluan sesuatu. 



Dengan sesuatu, untuk keperluan sesuatu, menuju ke sesuatu. Banyak jalan untuk mencapai bahagia. Akan tetapi untuk itu  aku mempunyai jalan sendiri. Jalanku hidup lagi berisi. Orang yang berjalan pada jalanku (orang yang menurutkan jalanku dalam perjalanan menuju sesuatu, untuk sesuatu), sebaiknya menyebut nama Allah sebanyak mungkin, sampai pada perhentian perjalanan.


.

No comments:

Post a Comment